Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Banjir Pelatihan tapi Data Gelap: Komdigi Mengaku Tak Tahu Jumlah Pasti Talenta Digital Indonesia



1. Komdigi Pacu Pelatihan, Tapi Data Amburadul

  • Komdigi mencanangkan target ambisius: mencetak 450 ribu talenta digital per tahun sejak 2025 hingga 2030 (≈2,7 juta total).

  • Total akumulasi digital talent saat ini sekitar 6,5 juta, jauh di bawah kebutuhan mencapai 10,7 juta—selisih 4 juta pada 2024, dan diperkirakan toksik menjadi 2–3 juta lagi pada 2030 .

Meski program beragam berjalan, Komdigi justru mengaku tidak memiliki data nyata jumlah peserta yang lolos pelatihan dari program kolaborasi global .

2. Rencana Pengumpulan Data

  • Kepala BPSDM Komdigi, Bonifasius Wahyu Pudjianto, menyatakan akan mengirim surat edaran ke perusahaan teknologi global yang berkolaborasi agar melaporkan jumlah peserta bulanan.

  • Komdigi juga menyusun sistem pelaporan internal untuk menjadi hub data pelatihan nasional.

Langkah ini diharapkan memperbaiki “data gelap”—hingga kini jumlah pelatihan berhasil, lulus, atau penyerapan industri tidak terdokumentasi secara transparan.

3. Progam Pelatihan yang Sudah Berjalan

Komdigi sedang menggelar berbagai program melalui Digital Talent Scholarship (DTS) 2025—target 100 ribu peserta tahun ini. Disiapkan dari level dasar hingga tingkat lanjut: coding, cloud, AI, cyber security, hingga digital leadership.

Beberapa contoh program:

  • Bootcamp Fullstack Web – mencetak 10 ribu talenta dalam 3 bulan pertama 2025 di Salatiga.

  • Pelatihan Secure Coding di Pura Mangkunegaran (Solo): melibatkan mahasiswa jurusan teknik informatika.

  • Program Laskar AI: beasiswa khusus bagi mahasiswa & profesional dengan pelatihan AI intensif.

4. Gap Strategis: Kuantitas vs Kualitas & Transparansi

  1. Kesenjangan besar: meski sudah ada 6,5 juta talenta digital, kebutuhan hingga 2030 masih mencapai 12 juta—menyisakan gap 2–4 juta orang.

  2. Kapasitas terbatas: sumber anggaran hanya memungkinkan ~100 ribu pelatihan/tahun, jauh dari target sebenarnya .

  3. Data tidak sinkron: tanpa laporan real-time atau jumlah final peserta, Komdigi tak bisa memverifikasi kemajuan program secara konkret.

5. Rekomendasi untuk Perbaikan

  1. Buka portal dashboard publik: tampilkan jumlah peserta, capaian pelatihan, dan tingkat kelulusan secara real-time.

  2. Terapkan tracking mulai dari pendaftaran hingga penyerapan kerja: integrasi sistem pelaporan wajib bagi mitra global dan kampus.

  3. Perluas akses ke daerah 3T: koordinasi dengan perguruan tinggi lokal agar pelatihan lebih merata.

  4. Prioritaskan evaluasi kualitas: tidak hanya jumlah, tapi juga pengukuran efektivitas—sertifikasi, penyerapan kerja, feedback industri.

Kesimpulan

Komdigi telah mengembangkan program pelatihan digital yang luas dan ambisius. Namun, tanpa data yang akurat dan transparan, sulit mengukur pencapaian sebenarnya. Inisiatif pemetaan dan pelaporan akan menjadi titik balik: jika dijalankan serius, akan memperbaiki kredibilitas, mempercepat penutupan kekurangan, dan memastikan SDM digital Indonesia benar-benar siap bersaing.