Laut Terancam Jadi Daratan, Kerak Bumi Terdeteksi Bocor!
1. Laut Tubruk ke Dalam: “Ocean Beneath Our Feet”
-
Para ilmuwan mendeteksi cadangan besar air yang terkunci di mineral ringwoodite, pada kedalaman sekitar 250–400 mil (~400–700 km) di mantel Bumi.
-
Volume air ini diperkirakan lebih besar 3 kali lipat lautan permukaan jika dilepaskan .
-
Air tidak berwujud cair, melainkan terperangkap dalam struktur kristal seperti spons .
2. Jalur Bocor: Dari Samudera ke Inti Bumi
-
Air laut dapat terdorong masuk ke dalam Bumi melalui zona subduksi, tempat lempeng samudera menyusup ke dalam mantel .
-
Di kedalaman sekitar 3.000 km, air memicu reaksi kimia di lapisan perbatasan inti–mantel (E‑prime layer), membentuk lapisan kaya hidrogen dan kristal silika.
-
Hal ini mempengaruhi seismic velocity dan densitas di dekat inti luar.
3. Implikasi Bagi Bumi
-
Siklus air skala global: Temuan ini mendukung ide bahwa air berpindah antara permukaan dan interior—lebih kompleks dari yang diperkirakan .
-
Pengaruh geologi: Air dalam mantel bisa memicu pembentukan magma dan mempengaruhi aktivitas seismik/vulkanik.
-
Potensi gempa besar: Kebocoran fluida dari dasar laut—seperti Pythia’s Oasis—dapat mengurangi tekanan dan memicu gempa dahsyat di zona subduksi.
4. Laut Terancam Berkurang?
Meski air “menghilang” ke dalam perut bumi, air permukaan saat ini masih terus diperbarui dari berbagai sumber (gunung es, siklus iklim, deposit geologis). Artinya:
-
Laut tidak langsung menipis ancaman langsung, tapi ada ketidakseimbangan distribusi air jangka panjang.
-
Dampak signifikan akan muncul jika dinamika ini berubah secara drastis—misalnya lewat penurunan kegiatan subduksi besar-besaran.
Kesimpulan
-
Bukan alarm penurunan laut: Walau banyak air diserap ke interior, permukaan laut dipengaruhi faktor lain.
-
Memperluas pemahaman geologi Bumi: Air dalam-perut bumi membuka wacana baru soal siklus planet kita.
-
Dampak seismik & vulkanik: Lelehan air dalam mantel mempengaruhi gempa dan aktivitas vulkas—topik penting untuk mitigasi tsunami.
-
Arahan riset masa depan: Studi lanjutan diperlukan untuk memahami interaksi air dalam perut bumi, dampak jangka panjang, dan kaitan iklim–tektonik.